Tuesday, 2 February 2010

CAMBUK HATI KU

Kisah-Kisah Sufi :: Jibril Menyembah Tuhan

Syahdan, Tuhan bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, seandainya Aku menciptakan engkau sebagai seorang manusia, bagaimana caranya engkau akan beribadah kepada-Ku?”

“Tuhanku,” jawab Jibril, “Engkau mengetahui segalanya –segala sesuatu yang pernah terjadi, akan terjadi, atau mungkin terjadi. Tak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tersembunyi dari-Mu. Engkau pun tahu bagaimana aku akan menyembah-Mu.”

Allah bersabda, “Benar. Aku tentu mengetahui hal itu. Tetapi hamba-hamba-Ku tidak mengetahuinya. Jadi, katakanlah sehingga hamba-hamba-Ku dapat mendengar dan mengambil pelajaran darinya.”

Lalu Jibril pun berkata, “Tuhanku, seandainya aku diciptakan sebagai manusia, aku akan menyembah-Mu dalam tiga cara. Pertama, aku akan beri minum mereka yang kehausan. Kedua, aku akan menutupi kesalahan-kesalahan orang lain ketimbang membicarakannya. Ketiga, aku akan menolong mereka yang miskin.” Allah kemudian berfirman, “Karena Aku tahu bahwa engkau akan melakukan hal-hal tersebut, maka Aku telah memilihmu sebagai pembawa wahyu dan menyampaikannya kepada para nabi-Ku. “

Tutupilah aib orang lain, sehingga aibmu pun disembunyikan. Maafkanlah dosa orang lain, agar dosamu juga diampuni. Jangan singkapkan kesalahan orang lain, agar hal yang sama tidak terjadi padamu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah-Kisah Sufi :: Ketika Ibrahim Menangis

Suatu hari, seorang tokoh sufi besar, Ibrahim bin Adham, mencoba untuk memasuki sebuah tempat pemandian umum. Penjaganya meminta wang untuk membayar karcis masuk. Ibrahim menggeleng dan mengaku bahwa ia tak punya wang untuk membeli karcis masuk.
Penjaga pemandian lalu berkata, “Jika engkau tidak punya wang, engkau tak boleh masuk.”
Ibrahim seketika menjerit dan tersungkur ke atas tanah. Dari mulutnya terdengar ratapan-ratapan kesedihan. Para pejalan yang lewat berhenti dan berusaha menghiburnya. Seseorang bahkan menawarinya wang agar ia dapat masuk ke tempat pemandian.

Ibrahim menjawab, “Aku menangis bukan karena ditolak masuk ke tempat pemandian ini. Ketika si penjaga meminta ongkos untuk membayar karcis masuk, aku langsung teringat pada sesuatu yang membuatku menangis. Jika aku tak diizinkan masuk ke pemandian dunia ini kecuali jika aku membayar tiket masuknya, harapan apa yang boleh kumiliki agar diizinkan memasuki surga? Apa yang akan terjadi padaku jika mereka menuntut: Amal salih apa yang telah kau bawa? Apa yang telah kau kerjakan yang cukup berharga untuk boleh dimasukkan ke surga? Sama ketika aku diusir dari pemandian karena tak mampu membayar, aku tentu tak akan diperbolehkan memasuki surga jika aku tak mempunyai amal salih apa pun. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap.”

Dan orang-orang di sekitarnya yang mendengar ucapan itu langsung terjatuh dan menangis bersama Ibrahim.
---------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah-Kisah Sufi :: Satu Hati Dua Cinta

Suatu hari, Fudhail bin Iyadh, duduk memangku anaknya yang berusia empat tahun. Sesekali ia mencium pipi anak itu sebagai ungkapan rasa sayang.

“Ayah, apakah kau mencintai aku?” tanya anak itu.

“Ya,” jawab Fudhail.

“Apakah kau mencintai Tuhan?”

“Ya.”

“Berapa hati yang kau miliki, Ayah?”

“Satu.”

“Dapatkah kau mencintai dua hal dengan satu hati?” anak itu bertanya lagi.

Saat itu pula Fudhail terhenyak. Ia sadar yang berbicara bukanlah anak kecilnya melainkan Yang Mahakuasa. Merasa malu, ia mulai memukuli kepalanya dan bertaubat. Sejak saat itu, ia hanya persembahkan hatinya untuk Tuhan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah-Kisah Sufi :: Sibuk Mengurus Hati

Suatu ketika, seorang Arab datang ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang tokoh sufi yang terkenal karena karamahnya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir. Ketika orang itu tiba, Abul Khair sedang memimpin majlis simaan (acara mendengarkan orang membaca doa, -red.) di tengah para pengikutnya. Waktu itu Abul Khair membaca Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat: ghairil maghdubi alaihim, wa laz zalim. Orang Arab itu berfikir, '?Bagaimana mungkin aku boleh berguru kepadanya. Baca Al-Quran saja, ia tidak boleh. Orang itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair.

Begitu orang itu keluar, ia dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas. Ia mundur tetapi di belakangnya ada seekor singa lain yang menghalanginya. Lelaki Arab itu menjerit keras karena ketakutan. Mendengar teriakannya, Abul Khair turun keluar meninggalkan majlisnya. Ia menatap kedua ekor singa itu dan menegur mereka, Bukankah sudah kubilang jangan ganggu para tamuku!? Kedua singa itu lalu bersimpuh di hadapan Abul Khair.

Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya dan menyuruhnya pergi. Lelaki Arab itu kehairanan, Bagaimana Anda dapat menaklukkan singa-singa yang begitu liar? Abul Khair menjawab, Aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Untuk kesibukanku memperhatikan hati ini, Tuhan menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Sedangkan kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta.

-----------------------------------------------------------------------------------------


Kisah-Kisah Sufi :: Mengundang Tuhan Makan Malam

Pada suatu hari, beberapa orang dari Bani Israil datang menemui Musa as dan berkata, Wahai Musa, bukankah kau boleh bicara dengan Tuhan? Tolong sampaikan pada-Nya, kami ingin mengundang-Nya makan malam.

Musa marah luar biasa. Ia berkata bahwa Tuhan tidak perlu makan atau minum.

Ketika Musa datang ke Gunung Sinai untuk berbicara dengan Tuhan, Tuhan bersabda,

Mengapa kau tidak menyampaikan kepada-Ku undangan makan malam dari hamba-Ku? Musa menjawab, Tapi Tuhanku, Engkau tidak makan. Engkau pasti tidak akan menerima undangan tolol seperti itu. Tuhan berkata, Simpan pengetahuanmu antara kau dan Aku. Katakan pada mereka, Aku akan datang memenuhi undangan itu.

Turunlah Musa dari Gunung Sinai dan mengumumkan bahwa Tuhan akan datang untuk makan malam bersama Bani Israil. Tentu saja semua orang, termasuk Musa, menyiapkan jamuan yang amat mewah. Ketika mereka sedang sibuk memasak hidangan-hidangan terlezat dan mempersiapkan segalanya, seorang kakek tua muncul tanpa diduga.

Orang itu miskin dan kelaparan. Ia meminta sesuatu untuk dimakan. Para koki yang sibuk memasak menolaknya, Tidak, tidak. Kami sedang menunggu Tuhan. Nanti ketika Tuhan datang, kita makan bersama-sama. Mengapa kamu tidak ikut membantu. Lebih baik kamu ikut mengambilkan air dari sumur!

Mereka tidak memberi apa-apa untuk kakek malang itu. Waktu berlalu tetapi Tuhan ternyata tidak datang. Musa menjadi amat malu dan tidak tahu harus berkata apa kepada para pengikutnya.

Keesokan harinya, Musa pergi ke Gunung Sinai dan berkata, Tuhan, apa yang Kau lakukan kepadaku?

Aku berusaha meyakinkan setiap orang bahwa Kau ada. Kau katakan Kau akan datang ke jamuan kami, tapi Kau ternyata tak muncul. Sekarang tidak ada yang akan mempercayaiku lagi!

Tuhan menjawab, Aku datang. Jika saja kau memberi makan kepada hamba-Ku yang miskin, kau telah memberi makan kepada-Ku. Tuhan bersabda, Aku, Yang tidak akan boleh dimasukkan ke seluruh semesta, boleh dimasukkan ke dalam hati hamba-Ku yang beriman.

Ketika kita berkhidmat kepada hamba Tuhan, kita telah berkhidmat kepada-Nya. Ketika kita mengabdi kepada makhluk, sesungguhnya kita juga mengabdi kepada Sang Khalik.






No comments: